Jumat, 11 Juni 2010

PROSES BELAJAR MENGAJAR EFEKTIF

RASIONAL

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain mengupayakan pendidikan yang merata dan bermutu, menjangkau semua anak bangsa dengan proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, juga ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dijabarkan dalam bentuk 8 keputusan menteri berupa 8 standar kependidikan. Harapannya, tentulah dengan berbagai upaya tersebut kualitas pendidikan di tanah air akan meningkat dan anak bangsa dapat duduk atau berdiri sejajar dengan anak-anak bangsa lain.

Namun demikian, harapan tersebut di atas tidaklah sederhana sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dalam hal ini, diperlukan upaya keras dan terus menerus dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Salah satu usaha yang perlu dilakukan adalah peran guru dalam tangung jawabnya untuk membelajarkan peserta didik yang selalu berhadapan dengan perkembangan zaman yang berubah-ubah. Guru dituntut untuk melakukan proses belajar mengajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Dengan kata lain, guru harus mampu merekonstruksi proses belajar mengajar yang efektif demi menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu.

Jauh ke depan, lambat atau cepat bangsa kita akan terus berhadapan dengan proses globalisasi. Saat ini, proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkin dihindari, dengan segala berkah dan mudhoratnya. Bangsa dan negara akan dapat memasuki era globalisasi dengan tegar apabila memiliki pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru memegang peran yang penting. Guru adalah kreator proses belajar mengajar. la adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Sekaligus guru akan berperan sebagai model bagi anak didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas perkembaagan masyarakatnya akan mengantarkan para siswa untuk dapat berpikir melewati batas-batas kekinian, berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu, semua guru wajib memahami, melaksanakan, dan terus mengkaji proses belajar mengajar yang efektif agar dapat mewujudkan peserta didik yang bermutu. Domain proses belajar mengajar yang efektif ini sudah merupakan kebutuhan semua pihak, baik pada level pengambil kebijakan maupun sebagai pelaksana lapangan (guru) harus ikut berpartisipasi luas dalam mengembangkan proses belajar yang mengajar efektif. Lebih lagi bahwa pada saat ini, banyak fenomena pembelajaran di sekolah-sekolah yang masih menggunakan cara-cara lama, tradisional, dan memosisikan siswa sebagai objek.

Makalah singkat ini, akan membahas dan mengeksplorasi hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang efektif. Pembahasan makalah difokuskan pada persoalan bagaimana cara mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif itu. Disamping itu, juga akan dikemukakan konsep dasar dan karakteristik/prinsip dalam proses belajar mengajar yang efektif.

KONSEP DASAR

1. Belajar Mengajar yang Efektif

1) Belajar

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi personal (Pribadi, 2009: 6)

Belajar menurut Robert M. Gagne dalam bukunya Principles of Instruction Design adalah proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang. Sedangkan menurut Robert Heinich dkk (2005), belajar diartikan sebagai proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar.

Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar (Titin, 2003: 10). Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu

(1) Interaksi belajar mengajar

Pada interaksi ini dimaksudkan untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi belajar mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian siswa mempunyai tujuan

(2) Ada suatu prosedur

Jalannya interaksi yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan

(3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar,

(4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.

Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar

(5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing.

Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar

(6) Dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin

Langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan.

(7) Ada batas waktu.

Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai

(8) Unsur penilaian.

Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar. (Titin, 2003:10)

Dengan demikian proses belajar mengajar merupakan kemampuan dalam mendesain program, menguasai materi pelajaran, menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media atau sumber, memahami cata atau metode yang digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua proses yang terpadu yaitu proses belajar mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses penerapan prinsip. Gagne (dalam Abdillah dan Abdul,1988 :17) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup yang memungkinkan makhluk hidup ini merubah perilakunya cukup cepat dalam cara kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus pada setiap situasi baru. Sedangkan Dahar (1988 :11) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisme perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-lepas, melainkan mengaitkan konsep yang baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif, atau mengaitkan konsep pada umumnya menjadi proposisi yang bermakna.

Merujuk pada kaum kontruktivis bahwa belajar merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi arti teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang. (Suparno P , 1997 :61)

Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai dan sikap.

2) Mengajar

Mengajar merupakan suatu seni. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettencournt, 1989 dalam Suparno P,1997 :65).

Proses mengajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri, dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the purpose of aiding the pupil learn” ……. ( Hamalik, 2002:58).
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar merupakan aspek dari proses pendidikan.

Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan (output).

3). Efektif

Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah efektif mengacu pada makna tepat; manjur; mujarab; tepat guna; berhasil. Sedangkan menurut Pribadi (2009: 11) istilah efektif dalam pembelajaran merupakan keberhasilan guru menghantarkan peserta didik mencapai tujuan penguasaan kompetensi yang diharapkan. Namun menurut Nasution (2008:40) efektif dalam proses belajar mengajar merujuk pada interaksi guru dan murid yang tepat guna menuju pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan.

Mutu pengajaran yang berorientasi pada kebutuhan di lapangan dirasakan Yamin (2004 : 17) sebagai sebuah implementasi proses belajar mengajar yang efektif. Efektivitas pembelajaran memiliki arti ketepatan dalam melakukan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan bahwa efektif dalam proses belajar mengajar merupakan ketepatan interaksi guru dan siswa dalam melakukan pembelajaran serta sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan.


KARAKTERISTIK PBM

1. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata prinsip-prinsip belajar meliputi beberapa hal berikut yaitu diantaranya:

a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

b. Belajar merupakan kegiatan seumur hidup.

c. Keberhasilan belajar sering dipengaruhi factor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha sendiri.

d. Belajar itu mencakup semua aspek kehidupan.

e. Belajar berlaku pada semua tempat dan waktu.

f. Belajar dapat dilakukan dengan atau tanpa guru.

g. Belajar itu memerlukan motivasi yang tinggi.

h. Kegiatan belajar merupakan kegiatan menguasai dari hal yang sederhana hingga pada masalah yang komplek.

i. Dalam belajar sering ditemui hambatan-hambatan.

j. Belajar itu memerlukan adanya bantuan dan bimbingan orang lain.

(Landasan Psikologi Proses Pendidikan, 2005 : 165 – 166)

Dalam tulisannya David Kolb yang berjudul Contextual Natural Learning, dikemukakan bahwa belajar yang paling efektif harus berdasarkan konteks atau ilustrasi nyata. Dalam ilmu Experienced Learning atau teori belajar berbasis pengalaman ada dua inti pembelajaran yakni penerimaan/preceiving (garis vertikal), adalah bagaimana seseorang menyerap informasi yang ada di lingkungannya. Dan pemrosesan / processing (garis horisontal), adalah bagaimana tindak lanjut seseorang untuk memahami lebih dari informasi yang telah ia serap.

Pertama adalah Concrete Experimentation (CE), adalah proses dimana seseorang berkeinginan untuk mempelajari sesuatu yang memiliki makna pribadi bagi dirinya. Pada tahap ini motivasi belajar akan tumbuh bila sesuatu tersebut berguna bagi situasi yang ia hadapi pada saat ini.

Kedua adalah Learning Observation (LO), adalah proses dimana seseorang bersedia untuk menyisihkan waktunya untuk berpikir dan merefleksikan sesuatu yang telah/akan ia pelajari. Pada tahap ini ia akan lebih konsentrasi dalam mengambil informasi yang ia butuhkan agar ia dapat melakukannya.

Ketiga adalah Abstract Conceptualization (AC), adalah proses dimana seseorang akan mencoba melaksanakan informasi yang ia terima saat tahapan LO dan mengidentifikasi teori atau konsep yang diterima berdasarkan fakta/praktek. Pada tahap ini pengetahuan yang ia terima dikondisikan di sebuah situasi yang nyata.
Keempat adalah Active Experimentation (AE), adalah proses dimana pengalaman belajar sesorang pada tahap AC sepenuhnya menjadi tindakan dan prilaku di pekerjaan / dunia nyata. Pada tahap ini besar kemungkinan akan muncul kebutuhan yang lebih baru, dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai ia akan memasuki rasa ingin tahu pada tingkatan selanjutnya.
Seterusnya proses dari tahap 1 – 4 akan berulang kembali.
Beberapa teori tentang belajar lainnya yang mungkin bermanfat bagi kita diantaranya dibuat oleh Kirkpatrick dengan konsep yang hampir sama, terdiri dari proses Reaction, Learning, Behavior, dan Result. Masing-masing tahapan bertujuan mengukur tingkat motivasi seseorang untuk belajar, kapasitas pengetahuan yang dapat diserap, perubahan prilaku yang telah dibuktikan, dan hasil kinerja secara kuantitatif yang berhasil diperoleh. Sedang Dave Meier pada bukunya Accelerated Learning memberi sebuah panduan bagi para pengajar agar proses pembelajarannya sukses dengan menggunakan teori SAVI (Somatis; belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori; belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual; belajar dengan mengamati dan menggambarkan, intelektual; belajar dengan memecahkan masalah dan merenung).

Setelah memahami beberapa teori tentang proses belajar yang efektif, maka kita akan memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik agar mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang akan terus berubah, serta senantiasa menjunjung sifat dasar manusia yang mulia yakni untuk selalu mencari ilmu dan kebenaran baik di dunia maupun akhirat.

2. Prinsip-Prinsip Mengajar

a. Menguasai Isi Pengajaran

Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.

b. Mengetahui dengan jelas sasaran pengajaran

Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas. 2. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid. 3. Sasaran harus meliputi hasil belajar. 4. Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh: Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan.

c. Utamakan Susunan yang Sistematis

Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis.

d. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan

Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain sebagainya Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia nyata

e. Cakap Menggunakan Bentuk Cerita

Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.

f. Menggunakan Panca Indera Murid

Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

g. Melibatkan Murid dalam Pelajaran

Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah.

h. Menguasai Kejiwaan Murid

Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.

i. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup

Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran.

j. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan

Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.

Mempelajari tentang teori belajar tidak sama dengan bagaimana mengaplikasikan teori tersebut dalam proses belajar mengajar. Pada tahun 1884, John Milton Gregory memperkenalkan suatu hukum mengajar yang sekarang menjadi sangat terkenal dengan nama "The Seven Laws of Teaching" (Tujuh Hukum Mengajar). Karya klasik ini hingga sekarang masih tetap kontemporer, karena dalam hukum-hukum tersebut terkandung prinsip-prinsip yang akan terus penting bagi pengajaran yang efektif di kelas. Inti dari Tujuh Hukum Mengajar tersebut adalah sebagai berikut :

Hukum Guru:

Kenali dan kuasailah dengan baik pelajaran yang akan Anda ajarkan -- ajarkanlah dengan sungguh-sungguh dan dengan pengertian yang jelas.

Hukum Murid:

Berusahalah untuk menarik perhatian dan minat anak-anak terhadap pelajaran yang diberikan. Jangan pernah mengajar tanpa perhatian mereka.

Hukum Bahasa:

Gunakan bahasa yang mudah dipahami baik oleh murid-murid Anda maupun Anda sendiri -- bahasa yang jelas dan tepat bagi Anda dan murid Anda.

Hukum Pelajaran:

Mulailah dengan pokok pelajaran yang sudah diketahui benar oleh murid-murid Anda dan yang telah mereka sendiri alami -- lalu lanjutkan dengan materi baru, dengan langkah satu per satu, mudah dan alami, biarkan hal-hal yang belum diketahui dijelaskan dengan menggunakan hal-hal yang sudah diketahui.

Hukum Proses Mengajar:

Doronglah agar dengan keinginan sendiri anak-anak bertindak ....

Hukum Proses Belajar:

Mintalah murid-murid untuk mengungkapkan kembali dalam pikiran mereka pelajaran yang sudah ia pelajari.

Hukum Review dan Penerapan:

Jangan pernah bosan untuk terus mengulang, mengulang dan mengulang ....

Howard Hendricks, dalam bukunya yang berjudul "Teaching to Change Lives", telah melakukan satu langkah maju dengan menyempurnakan "Tujuh Hukum Mengajar" karya Gregory di atas untuk memberikan panduan mengajar bagi para guru maka kini. Hendricks menekankan bahwa pertama-tama Tuhan memakai orang-orang yang dipanggil-Nya, yaitu para guru, untuk mempengaruhi hidup orang lain. Namun, ada prinsip-prinsip yang mendasar, yang jika dipraktekkan, akan memberikan suatu dinamika baru bagi pengajaran dan akan membuka pintu bagi Roh Kudus untuk bekerja dalam hidup anak-anak didik.

Bagaimana Howard Hendricks menjelaskan hukum-hukumnya itu?

1. Hukum Guru:

"Berhentilah bertumbuh hari ini, maka Anda akan berhenti mengajar besok." Para guru harus membiarkan Firman Allah mengubah hidup mereka dan memberi kesempatan pada murid-murid mereka untuk melihat bahwa Allah bekerja dalam diri mereka. Dengan kata lain, seorang guru harus menjadi contoh kebenaran.

2. Hukum Pendidikan:

"Bagaimana Anda belajar menentukan bagaimana Anda mengajar." Oleh karena itu, guru yang efektif akan terus menyediakan metode- metode tepat yang dikembangkan secara variatif sehingga dapat mempertahankan minat yang tinggi dan mencegah kebosanan murid.

3. Hukum Aktivitas:

"Belajar yang maksimal adalah hasil dari keterlibatan yang maksimal." Bercerita tidak sama dengan mengajar. Keanekaragaman metode-metode yang aktif harus digunakan untuk melibatkan para murid supaya mereka dapat menemukan apa yang Tuhan katakan kepada mereka melalui Firman-Nya.

4. Hukum Komunikasi:

"Untuk benar-benar mengimpartasi informasi perlu dibangun jembatan-jembatan." Jembatan-jembatan itu perlu dibangun baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan meluangkan waktu bersama para murid di luar jam pelajaran, para guru akan mengenal muridnya dan mengetahui kebutuhan mereka. Di dalam kelas, guru merangsang keingintahuan para murid, menarik perhatian mereka, dan memotivasi para murid sebelum mengimpartasi informasi.

5. Hukum Hati:

"Pengajaran yang berhasil tidak hanya dari kepala ke kepala, tetapi dari hati ke hati." Hubungan merupakan suatu hal yang penting dalam proses belajar mengajar yang efektif.

6. Hukum Dorongan Semangat:

"Pengajaran cenderung paling efektif jika orang yang belajar termotivasi dengan tepat." Tidak ada hal yang lebih memotivasi daripada kesadaran akan adanya kebutuhan dan melihat harapan bahwa kebutuhan itu akan terpenuhi. Guru yang efektif memberikan dorongan belajar dengan memfokuskan pada relevansi kebenaran dan kehidupan para muridnya.

7. Hukum Kesiapan:

"Proses belajar mengajar akan paling efektif jika murid maupun guru cukup dipersiapkan." Kesiapan para murid meliputi faktor- faktor, fisik, kognitif dan perkembangan rohani, latar belakang, pengalaman, dan motivasi. Para guru harus menggunakan apa yang mereka ketahui tentang murid-muridnya untuk menyiapkan mereka menerima kebenaran yang baru. Kesiapan seorang guru bergantung pada persiapannya.


PEMBAHASAN

Untuk menjawab bagaimana mewujudkan proses belajar mengajar (PBM) yang efektif, maka perlulah mengetahui terlebih daulu permasalahan mendasar yang mempengaruhi PBM yang efektif. Biasanya PBM dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:

1. Guru

Guru berperan sebagai agen of change dalam melakukan PBM yang efektif. Sebagai user guru dituntut untuk inovatif dan kreatif dalam merancang pembelajaran. Dengan demikian potensi SDM ini harus berkualitas, penuh motivasi, serta memiliki komitmen yang kuat terhadap perubahan kea rah yang lebih baik.

2. Siswa

Siswa sebagai subjek atau pelaku PBM merupakan komponen penting dalam system pembelajaran. Dengan adanya karakter siswa yang beragam mengharuskan perancang program pembelajaran memiliki pengetahuan, pengalaman dan pemahaman yang baik tentang kondisi siswa. Keunikan pribadi siswa serta kemampuan awal siswa sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang efektif.

3. Metode dan Media Pembelajaran

Model-model dalam strategi pembelajaran memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan secara efektif. Berbagai pendekatan atau strategi pembelajaran sudah merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan PBM yang efektif. Metode pembelajaran merupakan upaya guru dalam memfasilitasi siswa untuk mampu belajar secara baik.

4. Lingkungan

Kondisi social ekonomi siswa serta keadaan lingkungan di sekitar sekolah dapat mempengaruhi PBM menjadi efektif. Suasana yang panas, dingin, ramai, sepi, atau sejuk dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Dalam hal ini termasuk kultur masyarakat sekitar juga mempengaruhi PBM dapat diwujudkan secara efektif.

5. Manajemen Sekolah

Pengelolaan pendidikan yang bersandar pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat akan mendorong domain PBM menjadi efektif. Dalam hal ini system penyelenggaraan pendidikan di sekolah dikelola secara professional dan berorientasi pada pelayanan siswa menjadi factor yang mempengaruhi PBM dapat efektif.

6. Pembiayaan

Didukung dengan dana yang cukup, serta dukungan luas dari masyarakat dapatlah menjadi factor yang cukup signifikan dalam mewujudkan PBM yang efektif.

Pada kenyataannya, proses belajar mengajar merupakan sebuah pola yang harus dilakukan secara sistematis dan kontinyu. Pola sistematis yang dimaksud adalah adanya grand design yang jelas bagi guru dalam mengendalikan dan menjalankan proses belajar mengajar yang efektif. Berikut pola yang harus dipahami dalam PBM agar pelaksanaannya dapat efektif.


Pola merancang PBM yang efektif

A. Perencanaan

Indikator yang harus diwujudkan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini guru harus menetapkan kompetensi apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah dilakukan pembelajaran.

2. Merancang metode pembelajaran. Pada langkah ini, guru melakukan inovasi yang kreatif cara atau metode apa yang harus dilakukan saat PBM berlangsung

3. Merancang media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan pendukung yang penting dalam memudahkan siswa untuk belajar.

4. Setelah dilakukan penetapan tersebut di atas tuangkanlah dalam adminsitrasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

B. Pelaksanaan

Indikator yang harus diwujudkan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Adanya peran aktif siswa (active participation)

2. Adanya wujud latihan yang untuk mengasah keterampilan siswa (practice)

3. Adanya umpan balik (feed back). Indikator ini dapat dilihat dari interaksi siswa dalam mengkritisi hasil belajar yang diperolehnya.

4. Adanya interaksi social (social interaction). Untuk mengetahui adanya interaksi social, dalam pembelajaran siswa berkomunikasi dan bekerjasama dengan siswa lain untuk saling menukar informasi dari hasil belajar.

C. Evaluasi/ Penilaian

Indikator yang harus diwujudkan dalam evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Perilaku siswa berubah menjadi semangat dalam belajar

2. Hasil belajar menunjukkan kemampuan di atas KKM

3. Guru termotivasi untuk merancang metode pembelajaran yang baru

CARA BELAJAR YANG EFEKTIF

Ada salah satu cara dalam mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien.
Sistem belajar ini dikenal dengan “ASPIRE”, yang terdiri dari :

Mood – Suasana Hati:

Ciptakan selalu mood yang positif untuk belajar. Ini bisa dilakukan dengan menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan pribadi kita masing-masing.

Understand – Pemahaman:

Tandai informasi bahan pelajaran yang tidak kita mengerti dalam satu unit. Fokuskan pada unit tersebut atau melakukan beberapa kelompok latihan untuk unit itu.

Recall – Ulang:

Setelah belajar satu unit, berhentilah dan ulang bahan dari unit tersebut dengan kata-kata yang kamu buat sendiri.

Digest – Telaah:

Kembalilah pada unit yang tidak kita mengerti dan pelajari kembali keterangan yang ada. Lihatlah informasi yang terkait pada artikel, buku teks atau sumber lainnya, atau diskusikan dengan teman atau guru.

Expand – Kembangkan:
Pada langkah ini, tanyakan tiga persoalan berikut terhadap materi yang telah kamu pelajari:

  • Andaikan saya bertemu dengan penulis materi tersebut, pertanyaan atau kritik apa yang hendak saya ajukan?
  • Bagaimana saya bisa mengaplikasikan materi tersebut ke dalam hal yang saya sukai?
  • Bagaimana saya bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa/mahasiswa lainnya?

Review – Pelajari Kembali:

Pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. Ingatlah strategi yang telah membantu kamu mengerti dan/atau mengingat informasi. Jadi, terapkan strategi tersebut untuk cara belajarmu berikutnya.

CARA MENGAJAR YANG EFEKTIF

Cara mengajar yang efektif terletak pada kunci – kunci di bawah ini, yaitu :

a. Proses belajar mengajar yang menyenangkan

Belajar yang menyenangkan tentu saja akan membuat anak tertarik dan tidak akan membuat mereka jenuh. Terutama bagi anak usia dini. Lebih baik untuk menunda kegiatan belajar apabila kita belum bisa menciptakan suasana menyenangkan bagi anak. Karena apabila kita memaksa anak untuk belajar dalam situasi yang menegangkan, hal itu dapat membuat anak frustasi dan menjadi tidak mau belajar, karena merasa trauma dan ketakutan.

Pemaksaan bahkan bisa melumpuhkan sel syaraf yang terdapat di otak anak.
Setiap pendidik pasti mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang optimal, dan hal itu hanya akan didapatkan apabila anak mempunyai ketertarikan pada apa yang kita ajarkan. Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain, bercerita, bernyanyi dan lain sebagainya. Alat peraga : coklat warna warni.

b. Kasih Sayang

“Kasih sayang melahirkan kecerdasan”, hasil dari sebuah penelitian telah membuktikan bahwa pembentukan otak dan perasaan sangat terikat erat pada kasih sayang yang diberikan kepadanya semasa ia berada di dalam kandungan sampai kasih sayang yang ia dapatkan setelah ia lahir dan tumbuh dewasa.
“Autis” adalah salah satu contoh sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang. (Autis terjadi akibat kurang terhubungkannya syaraf –syaraf di pusat otak yang berisi emosi yang mengisi gerakan rasional dan pikiran logis). Hilangnya perasaan cinta pada awal kehidupan juga dapat melemahkan kekuatannya dan membuat pengaruh yang fatal pada otak. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa ukuran otak anak yang jarang tersiram kasih sayang dan jarang diajak bermain lebih kecil 30% daripada anak normal pada usia yang sama.

c. Disiplin

Disiplin merupakan salah satu elemen penting agar terciptanya efektifitas belajar. Namun disiplin juga harus diterapkan secara konsisten dan ber”sinergi”. Konsisten atau istiqomah diperlukan dalam proses penerapan disiplin. Hilangnya konsistensi akan menghancurkan upaya kita dalam menegakkan disiplin.Satu contoh ,misalnya kita menginginkan satu bentuk tertentu pada sebuah pohon. Kita dapat membentuknya dengan mengikat dahan pohon tersebut dengan tali atau kawat. Namun bayangkan apa yang akan terjadi apabila dalam waktu yang singkat kita telah membuka ikatan itu ? tentu dahan pohon yang diikat tadi akan kembali seperti keadaan semula, bahkan mungkin akan bergerak lebih jauh dari posisi semula. Akan tetapi dengan kesabaran dan ketelatenan kita akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Itulah sebabnya kenapa pendidikan harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai anak memahami apa yang kita ajarkan. Karena pendidikan adalah sebuah proses yang sangat panjang dan tak berujung. Alat peraga : tanaman.

d. Hukuman dan Ganjaran

Hukuman dapat diterapkan apabila anak tidak mematuhi aturan yang telah disepakati / tidak disiplin, dengan tujuan agar anak tidak mengulangi perbuatannya.
Ganjaran / hadiah diberikan kepada anak ketika anak berhasil melakukan perbuatan yang baik (menurut norma agama ataupun norma yang berlaku di masyrakat), dengan tujuan untuk memotivasi anak agar mereka mempertahankan bahkan meningkatkan perilaku baiknya menjadi lebih baik.


KESIMPULAN

Proses belajar mengajar yang efektif harus dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal berikut :

1. Memahami perencanaan dalam PBM berupa penanaman tujuan pembelajaran yang harus dikuasai sebagai kompetensi hasil belajar.

2. Menguasai pelaksanaan PBM berupa terampil mengaplikasikan desain sistem pembelajaran dengan berbagai metode dan pertimbangan penguasaan psikologi pembelajaran.

3. Menguasai system evaluasi untuk menghasilkan feed back dan refleksi bagi kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Faktor yang paling dominan dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif itu berada pada sumber daya manusia (guru) yang berkualitas, memiliki motivasi yang tinggi, serta komitmen yang kuat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Selain itu penyebab lain dalam PBM yang efektif itu adalah kesiapan dan input siswa, factor lingkungan sekolah, serta pembiayaan dan dukungan masyarakat yang cukup siginifikan.

Proses belajar mengajar dengan melakukan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran serta memahami faktor yang mempengaruhi PBM akan efektif karena proses belajar mengajar yang efektif tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara mikro. Disamping itu, PBM yang efektif bermanfaat bagi standar pelayanan pendidikan tempat dimana penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan.


REFERENSI

Christian Education: Foundations for the Future, Robert E. Clark, , Artikel Principles For Effective Teaching and Learning, halaman 117 - 118, Moody Press, Chicago.

Gagne, Robert M. 1985. The Conditional of Learning and Theory of Instruction. New York: Rineheart and Winston, Inc.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning; Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Nasution. S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susilo, Herawati, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang: Bayumedia Publishing.

Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : Gaung Persada Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar